TIDAK bisa dipungkiri, keberadaan SMPN 13 Kota Tegal, dulu dikenal
dengan sekolah buangan. Karena hampir rata-rata siswa yang masuk
kesekolah yang terletak di Jalan Rambutan Kraton Tegal Barat itu
merupakan sisa yang terdepak dari sekolah favorit.
Image buruk itu pun sepertinya sudah mengakar di benak masyarakat
selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Akibatnya input yang didapatkan
juga kualitasnya dibawah rata-rata.
Namun memasuki tahun pelajaran 2011-2012 ini, ada sebuah perubahan
besar dalam sekolah tersebut. Baik itu dari kedisiplinan, wajah atau
pemandangannya, main set, serta aspek-aspek lainnya. Salah satu
contohnya adalah wajah kampus SMPN 13.
Dulu pemandangannya terlihat sangat kumuh dengan banyaknya ilalang
yang tumbuh subur. Sekarang siapa pun orang yang memandangnya akan
terkagum-kagum. Selain nampak bersih dan rapi, dinding-dinding bangunan
kampus juga dihiasi oleh desain-desai batik penuh warna warni. Selain
itu juga gambar-gambar lukisan terpampang dimana-mana.
Kepala SMPN 13 Kota Tegal Drs Mugiyatno mengatakan, perubahan lain
dalam tubuh SMPN 13 Kota Tegal adalah adanya simbol khusus yang menjadi
ikon sekolah. Yakni gambar seorang gadis cantik yang sedang tersenyum
dengan manis.
Menurut dia, gambar tersebut memiliki arti selamat datang menyambut
keceriaan dan kecerahan masa depan. Ini sudah mulai diterapkan pada
peserta didik baru tahun pelajaran 2011-2012 ini.
“Untuk siswa simbol itu dituangkan dalam bentuk bros dan dipasang di
dada kiri setiap siswa. Selain itu gambar simbol ini juga ada di setiap
sabuk siswa baru tahun ini,” katanya.
Guna memajukan SMPN 13, Mugiyatno menerapkan disiplin yang lumayan
ketat. Tentunya dengan tidak meninggalkan unsur kebersamaan atau
sengkuyung. Kedisiplinan terlihat, dengan tidak adanya lagi siswa yang
terlambat dan berkeliaran diluar sekolah pada jam-jam belajar.
“Dulu banyak anak yang keluar kelas bahkan sekolah meski jam
pelajaran masih berlangsung. Sekarang siswa masuk pukul 07.00 tepat,
bagi yang terlambat 5 menit masih ditoleransi. Namun bagi yang
melbihinya maka tidak akan dibiarkan masuk begitu saja,” paparnya.
Terkait akademisnya, saat ini dia sedang mengupayakan agar SMPN 13
bisa meraih predikat Sekolah Standar Nasional (SSN). Namun dia juga
tidak menampik masih adanya kekurang untuk meningkatkan kualitas
akademik. Yakni belum adanya laboratorium bahasa dan laboratorium
komputer yang tidak layak.
Karenanya Mugiyatno berharap, pemerintah bisa membantu untuk
melengkapi fasilitas-fasilitas yang ada. Sehingga niatan untuk
menjadikan SMPN 13 sekolah yang berkualitas bisa terrealisasi.