Senin, 30 April 2012

SMPN 13 Tegal

TIDAK bisa dipungkiri, keberadaan SMPN 13 Kota Tegal, dulu dikenal dengan sekolah buangan. Karena hampir rata-rata siswa yang masuk kesekolah yang terletak di Jalan Rambutan Kraton Tegal Barat itu merupakan sisa yang terdepak dari sekolah favorit.
Image buruk itu pun sepertinya sudah mengakar di benak masyarakat selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Akibatnya input yang didapatkan juga kualitasnya dibawah rata-rata.
Namun memasuki tahun pelajaran 2011-2012 ini, ada sebuah perubahan besar dalam sekolah tersebut. Baik itu dari kedisiplinan, wajah atau pemandangannya, main set,  serta aspek-aspek lainnya. Salah satu contohnya adalah wajah kampus SMPN 13.
Dulu pemandangannya terlihat sangat kumuh dengan banyaknya ilalang yang tumbuh subur. Sekarang siapa pun orang yang memandangnya akan terkagum-kagum. Selain nampak bersih dan rapi, dinding-dinding bangunan kampus juga dihiasi oleh desain-desai batik penuh warna warni. Selain itu juga gambar-gambar lukisan terpampang dimana-mana.

Kepala SMPN 13 Kota Tegal Drs Mugiyatno mengatakan, perubahan lain dalam tubuh SMPN 13 Kota Tegal adalah adanya simbol khusus yang menjadi ikon sekolah. Yakni gambar seorang gadis cantik yang sedang tersenyum dengan manis.
Menurut dia, gambar tersebut memiliki arti selamat datang menyambut keceriaan dan kecerahan masa depan. Ini sudah mulai diterapkan pada peserta didik baru tahun pelajaran 2011-2012 ini.
“Untuk siswa simbol itu dituangkan dalam bentuk bros dan dipasang di dada kiri setiap siswa. Selain itu gambar simbol ini juga ada di setiap sabuk siswa baru tahun ini,” katanya.
Guna memajukan SMPN 13, Mugiyatno menerapkan disiplin yang lumayan ketat. Tentunya dengan tidak meninggalkan unsur kebersamaan atau sengkuyung. Kedisiplinan terlihat, dengan tidak adanya lagi siswa yang terlambat dan berkeliaran diluar sekolah pada jam-jam belajar.
“Dulu banyak anak yang keluar kelas bahkan sekolah meski jam pelajaran masih berlangsung. Sekarang siswa masuk pukul 07.00 tepat, bagi yang terlambat 5 menit masih ditoleransi. Namun bagi yang melbihinya maka tidak akan dibiarkan masuk begitu saja,” paparnya.
Terkait akademisnya, saat ini dia sedang mengupayakan agar SMPN 13 bisa meraih predikat Sekolah Standar Nasional (SSN). Namun dia juga tidak menampik masih adanya kekurang untuk meningkatkan kualitas akademik. Yakni belum adanya laboratorium bahasa dan laboratorium komputer yang tidak layak.
Karenanya Mugiyatno berharap, pemerintah bisa membantu untuk melengkapi fasilitas-fasilitas yang ada. Sehingga niatan untuk menjadikan SMPN 13 sekolah yang berkualitas bisa terrealisasi.